Total Tayangan Halaman

Senin, 28 April 2014

Jual Buku Psikiatri Part 1

1. Kaplan-Saddock Sinopsis Psikiatri                                      Rp 145.000
2. PPDGJ III                                                                          Rp 13.000
3. Catatan Ilmu kedokteran Jiwa maramis                               Rp 120.000
# saya membuka peluang kemitraan untuk teman sejawat yang ingin menjual buku, harga bisa diskon miring.

Jual Buku Kegawat Daruratan Part 1

1. Kapita selekta kedokteran FKUI Jilid 1 dan 2                                                    Rp 60.000
2. Kegawat daruratan IPD I made Bakta                                                                Rp 50.000
3. Kegawat daruratan Amina                                                                                  Rp 60.000
4. Forensik FKUI                                                                                                  Rp 100.000
5. Anastesi FKUI                                                                                                  Rp 20.000

Sabtu, 26 April 2014

Sesak Nafas (Kegawat Daruratan)

♂, 42 tahun dibawa ke IGD karena keluhan dispneu sejak lima jam yang lalu. Sesak dirasakan semakin lama semakin berat. Keluhan disertai nyeri dada kiri seperti ditusuk–tusuk dan batuk lama. Pada PF didapatkan TD 110/70 mmHg, denyut nadi. 92x/menit, FR 32x/menit, suhu 37,2oC. Gerak dada kiri tertinggal, vokal fremitus lebih terasa dan vokal resonans lebih terdengar di dada kanan, perkusi hipersonor dan suara nafas menghilang pada dada kiri.

Tidak Bisa Flatus (Kegawat Daruratan)

Seorang laki-laki berusia 30 tahun yang sedang dirawat inap paska laparotomi eksplorasi atas indikasi apendisitis perforasi 5 hari yang lalu. Anastesi yang digunakan anestesi umum, satu hari setelah operasi pasien flatus, bising usus lemah, dokter mengijinkan pasien untuk minum air putih sesendok-sendok. Delapan jam kemudian, pasien diberikan diet cair selama 3 hari. Saat ini pasien mengeluh perut bertambah besar dan nyeri. Pasien juga mengeluh merasa mual, muntah 3x dalam sehari, lemah serta mengatakan bahwa ia tidak bisa buang air besar dan flatus. Pada pemeriksaan tidak didapatkan bisisng usus dan hasil foto rontgen tampak gambaran hearing bone.

Kasus Penurunan Kesadaran (Kegawat Daruratan)

Seorang laki-laki usia 25 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan penurunan kesadaran. pasien terlibat dalam kecelakaan lalu lintas 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik GCS 9, tekanan darah 80/50 mmHg, denyut nadi radialis tidak teraba, denyut nadi brachialis 120x/menit, tampak tonjolan tulang dan perdarahan aktif pada regio femur dekstra. Akral teraba dingin

Anatomi Vesica Biliaris

I.       Kantung Empedu
Kantung empedu adalah kantong muskular hijau yang menyerupai buah pir dibagian permukaan dorsal sedangkan pada permukaan ventral melekat dengan hati.  memiliki panjang 10 cm terletak dalam fosa vesicae biliaris pada  fascies viceralis hati.  Pada kantung empedu terdapat peritoneum yang menyelubungi seluruh bagian fundus dan menetapkan korpus dan kolum vesicae biliaris pada hati.  Pada kantung empedu dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
a.       Fundus: ujungnya melebar dan menganjur dari tepi kaudal hepar, biasanya terletak pada ujung kartilago IX pada linea medioklavikularis kanan.
b.      Korpus: bersentuhan dengan fascies viceralis hati, kolon transversum dan pars superior duodenum.
c.       Kolom: berbentuk sempit, meruncing dan ke arah fosa hepatis.  Berkelok seperti huruf S dan melanjutkan sebagai duktus sistius.

Kapasitas total kantung empedu untuk menyimpan kurang lebih 30-60 ml, dikeluarkan melalui duktus sistikus kemudian melalui duktus biliaris komunis ke duodenum sebagai respon dari kontraksi kantung empedu yang diinduksi oleh hormon usus yaitu kolesitokinin yakni suatu hormon yang dihasilkan dari sel entreoendokrin (sel I) yang berasal dari epitel selapis usus halus.  Kemudian, hormon tersebut distimulasikan oleh lemak makanan dalam usus halus (Sloane, 2004;At a Glance, 2003; Moore, 2002; Juncqueira dan Carneiro, 2003 ).
Fungsi kantung empedu adalah:
a.       Penyimpanan empedu
b.      Pemekatan empedu dengan cara mengabsorpsi air
c.       Melepaskan empedu ke dalam saluran cerna jika dibutuhkan



I.1.    Anatomi
Kantung empedu terletak di lekukan bawah lobus kanan hati di bagian bidang transpilorik pada sambungan lobus kanan dan kuadratus.  Duodenum dan Kolon transversum terletak di belakangnya (Sloane, 2004;At a Glance, 2003).
Pendarahan pada kantung empedu berasal dari dua sumber: a. Sistikus merupakan cabang a.  Hepatika dextra dan memiliki cabang-cabang kecil aa.  Hepatica.  Arteri sistikus merupakan sumber pasokan darah yang paling signifikan.  Di kantung empedu tidak ada vena sistikus, drainase vena melalui vena-vena kecil yang melalui alas kantung empedu (At a Glance, 2003).

I.1.A.     Saluran Empedu
Empedu disekresi oleh sel hati ke dalam duktulus biliaris yang bersatu menjadi duktulus biliaris interlobularis yang membentuk duktus heptikus kanan yang menyalurkan empedu dari lobus hepatis kanan dan duktus hepatikus kiri menyalurkan empedu ke lobus hepatikus kiri yang kemudian menyatu di dalam porta hepatis membentuk duktus hepatikus komunis (At a Glance, 2003; Moore, 2002).
Duktus hepatikus komunis bergabung dengan duktus sistikus dari kantung empedu, membentuk duktus biliaris komunis (duktus koledokus) di duodenum.  Struktur ini berturut-turut berjalan pada tepi bebas omentum minus, dibelakang bagian pertama duodenum dan pada sulkus diantara kedua duodenum dan kaput pankreas.  Akhirnya duktus ini membentuk pintu pada papila aspek medial bagian kedua duodenum (Juncqueira dan Carneiro, 2003; At a Glance, 2003). 

a.       Duktus Choledochus (biliaris)
Berasal dari sisi bebas omentum minus dan merpakan persatuan dari duktus hepatikus komunis dan duktus sistius.  Melintas ke kaudal disebelah dorsal duodenum pars superior dan menempati bagian permukaan dorsal bagian kaput pankreas.  Di sebelah kiri menurun dari bagian duodenum, duktus ini akan bersentuhan dengan duktus pankreatikus.  Kedua duktus ini miring melalui dinding duodenum dan bersatu membentuk ampulla hepatopankreatika, bagian distal bermuara ke duodenum melalui papilla duodeni major.  Otot yang terdapat dibagian dista ini adalah otot spincter ductus choledochi.  Jika otot ini mengkerut, empedu tidak dapat memasuki ampula hepatopankreotika atau duodenum maka empedu terbendung dan memasuki duktus sistikus ke dalam duodenum untuk dipekatkan dan disimpan.
Duktus ini diperdarahi oleh:
-          Bagian proximal oleh a.  Sistika dan vena-vena bagian proximal langsung memasuki hepar
-          Bagaian tengah berasal dari ramus dextra aa.  Hepatica propria
-          Bagian retroduodenal oleh a.  Pankreotikoduodenalis superior posterior dan a.  Gastroduodenalis.  V.  Pankreotikoduodenalis superior posterior menyalurkan dari bagian distal dan bermuara pada vena porta hepatika atau salah satu anak cabangnya.
Pembuluh limfe duktus ini melintas ke nodus sistikus di dekat kolum vesika biliaris, kelenjar foramen omentale dan lymphoid hepatici dan pembuluh-pembuluh aferen melintas ke nodi lymphoidei coeliaci (Moore, 2002).
b.      Duktus Sistius
Memiliki panjang kira-kira 4 cm dan menghubungkan kolum kantung empedu dengan duktus hepatikus komunis.  Duktus ini melintasi lembar-lembar omentum minus dan sejajar dengan duktus hepatikus komunis.  Duktus sistikus dan duktus hepatikus komunis bersatu membentuk duktus choledochus (biliaris).  Mukosa kolum vesicae biliaris berwujud sebagai lipatan yang bergulir, yakni valvula spiralis yang berguna agar duktus sistikus tetap terbuka sehingga; empedu dapat dengan mudah dialihkan kedalam vesicae biliaris, jika ujung distal duktus biliaris tertutup oleh otot sphincter ductus choledochi atau otot sphincter ampullae hepatopancreatica atau empedu dapat memasuki duodenum sewaktu vesicae biliaris berkontraksi  (Moore, 2002).
Duktus ini diperdarahi oleh:
-          A.  Sistika berasal dari ramus dextra a.  Hepatica propria dan mengantarakan darah ke duktus biliaris dan duktus sistikus.
-          V.  Sistika memasuki hepar melalui vena porta hepatis.
-          V.  Fundus vesika biliaris dan korpus vesika biliaris melintas langsung ke dalam fascies viseralis hepar.   

I.2.    Histologi
Kantung empedu berbentuk seperti buah pir.  Dinding kantung empedu terdiri atas mukosa dengan epitel selapis silindris dan lamina propria, tidak mengandung submukosa, selapis otot polos, jaringan ikat perimuskular dan suatu membran serosa.  Terdiri atas 3 lapisan: (Juncqueira dan Carneiro, 2003; Paparo, 1996; Difiore,2010).
1.      Membran mukosa
2.      muskularis
3.      Adventisia (serosa)

a.      Membran mukosa
Bila mukosa dalam kantung empedu kosong akan membentuk bamyak lipatan atau rugae, jadi jika dilakukan potongan melintang tidak teratur, dan seringkali ditemukan kelenjar simpleks.  Semua sel epitel serupa, sel silindrisnya tinggi, dan inti terletak di basal.  Dengan menggunakan mikroskop akan ditemukan mikrovilli halus di apikal sel.  Terdapat kriptus atau divertikulum (cvrypta mucosae) yang terdapat diantara lipatan mukosa dan sering membentuk indetasi yang dalam di mukosa, pada potongan melintang divertikulum atau kriptus dibawah lamina propria mirip dengan kelenjar tubular.  Sel-sel epitel ditunjang oleh lamina basal dan lamina propria yang terdiri dari jaringan ikat jarang retikuler halus,  banyak pembuluh darah kecil, saraf sel epitelnya kaya akan mitokondria.  Sel-sel ini mampu mensekresi sejumlah kecil mukus.  Kadang-kadang ditemukan noduli limpatici kecil (Juncqueira dan Carneiro, 2003; Paparo, 1996; Difiore, 2010).

b.      Muskularis
Disebelah luar mukosa terdapat lapisan serat otot polos yang tebal dan tak teratur.  Tunika muskularis merupakan jala yang terdiri atas gabungan serat otot polos yang terjalin sebagai anyaman dan diantanya terdapat kolagen, retikularis dan elestin yang tersebar (Paparo, 1996; Difiore, 2010).

c.       Adventisia atau Serosa

Serosa melapisi seluruh permukaan kantung empedu yang menggantung bebas.  Adventisia lapisan jaringan ikat, tempat kantung empedu melekat pada permukaan hati.  Selubung luar kantung empedu terdiri atas jaringan ikat padat kolagen yang bersatu dengan simpai glisson.  Namun, di tempat lain adventisia diliputi oleh peritoneum.  Leher empedu berlanjut dengan dukstus sistikus dan membran mukosa membentuk lipatan spiral dengan otot polos sebagi pusatnya dan disebut sebagai katub spiral heister yang berfungsi untuk mencegah perubahan dadakan pada kapasitas kantung empedu yang disebabakan oleh perubahan tekanan (Paparo, 1996; Difiore, 2010).

Anatomi dan Histologi Hepar

I.       Anatomi Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh dan mempunyai banyak fungsi. Tiga fungsi dasar hepar yaitu :
1.      Membentuk dan mensekresikan empedu ke dalam tractus intestinalis
2.      Berperan pada banyak metabolism yang berhubungan dengan karbohidrat, lemak, dan protein
3.      Menyaring darah untuk buang bakteri dan benda asing lain yang masuk ke dalam darah dari lumen intestinum.
Hepar bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah diagfragma. Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus costalis dektra, dan hemidiagfragma dektra memisahkan hepar dari pleura, pulmo, pericardium, dan cor. Hepar terbentang ke sebelah kiri untuk mencapai hemidiagfragma sinistra. Permukaan atas hepar yang cembung melengkung di bawah kubah diagfragma. Facies visceralis, atau posteroinferior, membentuk cetakan visera yang letaknya berdekatan sehingga bentuknya menjadi tidak beraturan. Permukaan ini berhubungan dengan pars abdominalis oesofagus, gaster, duodenum, flexura coli dektra, rend extra dan glandula suprarenalis dextra, serta vesica biliaris.
Hepar dapat dibagi menjadi lobus hepatis dexter yang besar dan lobus hepatis sinister yang kecil oleh perlekatan ligamentum peritoneale, ligamentum falciforme. Lobus hepatis dexter terbagi lagi menjadi lobus quadratus dan lobus caudatus oleh adanya vesica biliaris, fissure ligament teretis, vena cava inferior, dan fissure ligament venosi. Penelitian menunjukan bahwa pada kenyataannya lobus quadratus dan lobus caudatus merupakan bagian fungsional lobus hepatis sinister. Oleh karena itu, ramus dexter arteria hepatica propria, ramus dexter vena portae hepatis, dan ductus hepaticus dexter didistribusikan pada lobus hepatis dexter, sedangkan ramus sinister arteria hepatica propria, ramus sinister venae portae hepatis, dan duktus hepaticus sinister didistribusikan pada lobus hepatis sinister (termasuk lobus quadratus dan caudatus). Tampaknya terdapat sedikit tumpang tindih antara pembagian kedua lobus tersebut. (Richard S. Snell, 2006)
Description: D:\hal_142.jpgGambar I.1
Hati, Hepar
(R. Putz, 2006)

Porta hepatis atau hilus hepatis, terdapat pada facies visceralis, dan terletak di antara lobus caudatus dan lobus quadratus. Bagian atas ujung bebas omentum minus melekat pada pinggir – pinggir porta hepatis. Pada tempat ini, terdapat ductus hepaticus dexter dan sinister, ramus dexter dan sinister arteria hepatica, venae portae hepatis, serta serabut – serabut saraf simpatis dan parasimpatis. Di sini terdapat beberapa kelenjar limf hepar. Kelenjar – kelenjar limf ini menampung cairan limf hepar dan vesica biliaris, dan mengirimkan searbut eferennya ke nodi lymphoidei coeliaci.
Seluruh hepar dikelilingi oleh capsula fibrosa, tetapi hanya sebagian ditutupi oleh peritoneum. Hepar tersusun atas lobuli hepatis. Vena centralis pada masing – masing lobulus bermuara ke venae hepaticae. Di dalam ruangan di antara lobulus – lobulus terdapat canalis hepatis yang berisi cabang – cabang arteria hepatica, vena portae hepatis, dan sebuah cabang ductus choledochus (trias hepatis). Darah arteria dan vena berjalan di antara sel – sel hepar melalui sinusoid dan dialirkan ke vena centralis. (Richard S. Snell, 2006)


Description: D:\bb.jpg
Gambar I.2
Porta Hepatis
(R. Putz, 2006)

I. 1 Hubungan Penting
Ø  Ke anterior : Diagfragma, arcus costalis dextra dan sinistra, pleura dextra dan sinistra, serta margo inferior pulmo dexter dan sinister, processus xiphoideus, dan dinding anterior abdomen pada angulus infrasternalis.
Ø  Ke posterior : Diagfragma, rend extra, flexura coli dextra, duodenum, vesica biliaris, vena cava inferior, oesofagus, dan fundus gastricus.

I.2 Ligamenta Hepatis
Ligamentum falciforme, yang merupakan lipatan ganda peritoneum, berjalan ke atas dari umbilicus ke hepar. Ligamentum ini mempunyai pinggir bebas berbentuk bulan sabit dan mengandung ligamentum teres hepatis yang merupakan sisa vena umbilicalis. Ligamentum falciforme berjalan ke permukaan anterior dan kemudian ke permukaan superior hepar dan akhirnya membelah menjadi dua lapis. Lapisan kanan membentuk lapisan atas ligamentum coronarium, lapisan kiri membentuk lapisan atas ligamentum triangulare sinistrum. Bagian kanan ligamentum coronarium dikenal sebagai ligamentum triangulare dextrum. Lapisan peritoneum yang membentuk ligamentum coronarium terpisah satu dengan yang lain, meninggalkan sebuah daerah yang tidak diliputi peritoneum. Daerah ini disebut area nuda.

Ligamentum teres hepatis berjalan ke dalam fissure yang terdapat pada facies visceralis hepatis dan menggabung dengan ramus sinister vena portae hepatis di porta hepatis. Ligamentum venosum arantii, suatu pita fibrosa yang merupakan sisa ductus venosus, melekat pada ramus sinister vena portae hepatis dan berjalan ke atas di dalam fissure pada facies visceralis hepar dan, di atas melekat pada vena cava inferior. Pada janin, darah yang kaya oksigen di bawa ke hepar melalui vena umbilicalis (ligamentum teres hepatis). Sebagian besar darah yang tidak melewati hepar masuk ke dalam ductus venosus (ligamentum venosum) dan bersatu dengan vena cava inferior. Pada waktu lahir, vena umbilicalis dan ductus venosus menutup dan menjadi pita fibrosa.
Omentum minus berasal dari pinggir porta hepatis dan fissura ligamenti venosi, dan berjalan ke bawah menuju curvatura minor.  (Richard S. Snell, 2006)
I.3 Vaskularisasi Hepar              
§  Arteria
Arteria hepatica propria, cabang truncus coeliacus, berakhir dengan bercabang menjadi ramus dexter dan sinister yang masuk ke dalam porta hepatis.
§  Venae
Venae portae hepatis bercabang dua menjadi dua cabang terminal yaitu ramus dexter dan sinister yang masuk porta hepatis di belakang arteri. Vena hepaticae (tiga buah atau lebih) muncul dari pars posterior hepatis dan bermuara ke dalam vena cava inferior.
§  Aliran Limf
Hepar menghasilkan banyak cairan limf, sekitar sepertiga sampai setengah jumlah seluruh cairan limf tubuh. Pembuluh limf meninggalkan hati dan masuk ke dalam sejumlah kelenjar limf yang ada di dalam porta hepatis. Pembuluh eferen berjalan ke nodi coeliaci. Beberapa pembuluh limf berjalan dari area nuda melalui diagfragma ke nodi lympoidei mediastinalis posterioris.
§  Persarafan
Saraf simpatis dan parasimpatis membentuk plexus coeliacus. Truncus vagalis anterior mempercabangkan banyak rami hepatici yang berjalan langsung ke hepar.
§  Sirkulasi darah melalui hepar
Pembuluh – pembuluh darah yang mengalirkan darah ke hepar adalah arteria hepatica propria (30%) dan vena portae hepatis (70%). Arteria hepatica propria membawa darah yang kaya oksigen ke hepar, dan vena porta membawa darah yang kaya akan hasil metabolism pencernaan yang diabsorbsi dari tractus gastrointestinalis. Darah arteria dan vena dialirkan ke vena centralis masing – masing lobuli hepatis melalui sinusoid hepar. Venae centrales mengalirkan darah ke vena hepatica dextra dan sinistra, dan vena – vena ini meninggalkan pars posterior hepar dan bermuara langsung ke dalam vena cava inferior. (Richard S. Snell, 2006)

II.    Histologi Hepar
Hati adalah organ terbesar kedua di tubuh ( yang terbesar adalah kulit) dan kelenjar terbesar, dengan berat sekitar 1,5 kg. Organ ini terletak dalam rongga perut di bawah diagfragma. Hati merupakan organ tempat pengolahan dan penyimpanan nutrien yang diserap dari usus halus untuk di pakai oleh bagian tubuh lainnya. Hati menjadi perantara antara  sistem pencernaan dan darah. Kebanyakan darahnya  (70-80%) berasal dari vena porta; jumlah yang lebih kecil berasal dari arteri hepatika. Seluruh materi yang di serap melalui usus tiba di hati melalui vena porta, kecuali lipid kompleks (kilomikron), yang terutama diangkut  melalui pembuluh Iimfe. Posisi hati dalam sistem sirkulasi sangat cocok untuk menampung, mengubah dan mengumpulkan metabolit serta untuk menetralisasi dan mengeluarkan zat toksik. Pengeluaran ini terjadi melalui empedu, yakni suatu sekret eksokrin dari hati yang penting untuk pencernaan lipid. Hati juga memiliki fungsi penting untuk menghasilkan protein plasma, seperti albumin, dan protein pembawa lainnya. (Luis Carlos Junqueira, 2007)



II.1 Stroma
Hati dibungkus oleh suatu simpai tipis jaringan ikat (kapsula Glisson) yang menebal di hilus, tempat vena porta dan arteri hepatika memasuki hati dan keluarnya duktus hepatika kiri dan kanan serta pembuluh Iimfe dari hati. Pembuluh - pembuluh dan duktus ini dikelilingi jaringan ikat di sepanjang perjalanannya ke bagian ujung (atau bagian asal) di dalam celah portal antar lobuli hati. Di tempat ini, terbentuk jalinan serat retikulin halus yang menopang hepatosit dan sel endotel sinusoid di lobulus hati. (Luis Carlos Junqueira, 2007)

II.2 Lobulus Hati
Komponen struktural utama hati adalah sel - sel hati, atau hepatosit. Sel - sel epitelnya berkelompok membentuk lempeng - lempeng yang saling berhubungan. Pada sediaan mikroskop cahaya, tampak satuan struktural yang disebut lobulus hati. Lobulus hati dibentuk oleh massa poligonal jaringan berukuran sekitar 0,7 x 2 mm. Pada hewan tertentu (misalnya babi), lobulus dipisahkan satu dari lainnya oleh selapis jaringan ikat. Hal tersebut tidak berlaku bagi hati manusia, yaitu sebagian besar keliling lobuli saling berdekatan sehingga sulit untuk menentukan batas masing - masing lobulus. Pada daerah perifer tertentu, lobuli dipisahkan oleh jaringan ikat yang mengandung duktus biliaris, pembuluh limfe, saraf, dan pembuluh darah. Daerah ini, yaitu celah portal pada sudut-sudut lobulus. Hati manusia mengandung 3 – 6 celah portal per lobulus, masing – masing dengan sebuah venula (cabang vena porta), sebuah arteriol (cabang arteri hepatika), sebuah duktus (bagian biliaris), dan pembuluh limfe. Venula tersebut mengandung darah dari vena mesenterika superior dan inferior serta vena lienalis. Arteriol menerima darah dari trunkus seliakus dari aorta abdominalis. Duktusnya, yang dilapisi epitel kuboid, membawa empedu yang dibuat oleh sel-sel parenkim (hepatosit) dan akhirnya mencurahkan isinya ke dalam duktus hepatikus. Satu atau lebih pembuluh limfe membawa limfe, yang akhirnya masuk ke dalam aliran darah. Semua struktur ini dibungkus selubung jaringan ikat. (Luis Carlos Junqueira, 2007)


Description: D:\histologi\histologi dasar\struktur skematis hati.jpg 










Gambar II.3
Skematis struktur hati
(Luis Carlos Junqueira, 2007)

Description: D:\histologi\histologi dasar\3 dimensi hati normal.jpg
 








Gambar II.4
Tiga dimensi hati normal
(Luis Carlos Junqueira, 2007)



II.3 Pendarahan (Suplai Darah)
Hati merupakan organ yang tak biasa karena menerima darah darri 2 sumber : 80% darah berasal dari vena porta,  membawa darah yang miskin - oksigen namun kaya – nutrien dari visera abdominal, dan 20% darah berasal dari arteri hepatika, yang memasok darah yang kaya - oksigen.
II.3.1 Sistem Vena Porta
Vena porta bercabang -cabang dan menjadi venula porta kecil ke dalam celah portal. Venula portal bercabang ke dalam vena pendistribusi yang berjalan di tepian lobulus. Dari vena pendistribusi, venula inlet kecil bermuara ke dalam sinusoid. Sinusoid berjalan radier, berkonvergensi ke pusat lobulus untuk membentuk vena sentrails atau vena sentrolobular. Pembuluh ini berdinding tipis, dan hanya terdiri atas sel - sel endotel yang ditunjang sedikit serat kolagen. Sewaktu vena sentralis berjalan di sepanjang lobulus, vena ini menerima makin banyak curahan sinusoid dan berangsur bertambah besar. Akhirnya, vena sentralis meninggalkan lobulus dari dasarnya dan menyatu dengan vena sublobularis yang lebih besar. Vena sublobularis secara berangsur berkonvergensi dan menyatu, yang membentuk dua atau lebih vena hepatika besar yang bermuara ke dalam vena kava inferior.
Sistem portal mengangkut darah dari pankreas dan limpa, dan darah dengan nutrien yang diserap di usus. Nutrien dikumpulkan dan diolah di hati. Zat-zat toksik juga dinetralisir dan dihancurkan di hati. (Luis Carlos Junqueira, 2007)
Description: D:\histologi\histologi dasar\ruang portal.jpg
 









Gambar II.5
Kapiler Sinusoid
                                         (Luis Carlos Junqueira, 2007)

II.3.2 Sistem Arteri
Arteri hepatica bercabang berulang kali dan membentuk arteri interlobularis. Sebagian arteri ini mendarahi struktur – struktur portal, dan lainnya membentuk arteriol yang berakhir langsung ke dalam sinusoid pada jarak-jarak tertentu dari celah portal sehingga sinusoid mendapat campuran darah arteri dan darah vena porta. Fungsi utama sistem arteri adalah memasok cukup oksigen kepada hepatosit.
Darah mengalir dari tepi ke pusat lobulus hati. Akibatnya, oksigen dan metabolit, serta substansi toksik maupun nontoksik lain yang diserap di usus, sampai di sel-sel bagian tepi lebih dulu dan kemudian baru tiba di sel-sel bagian pusat lobulus. Arah aliran darah ini menjelaskan mengapa sel-sel perifer lobulus "berperilaku" lain dari sel-sel sentrolobular. Dua macam perilaku hepatosit ini terlihat jelas khususnya pada keadaan patologis, dengan perubahan yang tampak pada sel-sel pusat atau sel-sel perifer lobulus. (Luis Carlos Junqueira, 2007)